1.
Pengertian
Laporan Keuangan
Laporan keuangan sebagai alat yang
sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan adanya keinginan
pihak-pihak tertentu yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan
apabila dianalisa lebih lanjut, sehingga diperoleh informasi yang dapat
mendukung kebijakan yang akan diambil. Laporan keuangan pada pokoknya merupakan
laporan pertanggungjawaban direksi dalam satu periode tertentu atau hasil usaha
periode tertentu atau hasil usaha perusahaan yang dipimpinnya.
Menurut Kasmir (2008:7) dalam
pengertian yang sederhana, laporan keuangan adalah: laporan yang menunjukkan
kondisi keuangan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Kondisi
perusahaan terkini adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk
neraca) dan periode tertentu (untuk laporan labarugi). Biasanya laporan
keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk
kepentingan internal perusahaan. Sementara untuk laporan lebih luas dilakukan
satu tahun sekali.
Munawir (2007:5) dalam Analisa Laporan Keuangan yang
dikutip dari Myer dalam bukunya Financial Statement Analysis mengatakan bahwa
laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode
untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar
posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar laba rugi. Pada waktu
akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk
menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak
dibagikan (laba yang ditahan).
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) (2004:2) dalam Standar Akuntansi
Keuangan menyebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan, yang meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan
posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Harahap (2007:105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan
hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.
Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah neraca atau laporan
laba/rugi, atau hasil usaha, laporan arus kas, laporan perubahan posisi
keuangan.
Mamduh (2003:12) laporan keuangan pada dasarnya
ingin melaporkan kegiatan-kegiatan pendanaan, dan kegiatan operasional
sekaligus sebagai evaluasi keberhasilan strategi perusahaan untuk mencapai
tujuan.
Menurut
Weston dan Brigham (1999:279):
“
Laporan keuangan merupakan bagian dari laporan tahun. Laporan keungan
melaporkan apa yang sesungguhnya terjadi atas laba atau deviden beberapa tahun
lalu. Dimana laporan keuangan adalah perhitungan rugi laba, neraca, laba
ditahan, laporan arus kas (laporan peredran dana). Laporan rugi laba adalah
laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan beban perusahan selama suatu periode
akuntansi. Neraca adalah laporan mengenai posisi keuangan perusahan pada saat
tertentu. Perhitungan laba ditahan adalah perhitungan yang melaporkan seberapa
bnyak laba perusahan yang dibayarkan sebagai dividen. Sedangkan laporan arus
kas melaporkan dampak dari kegiatan operasi, investasi, dan pembiayaan
perusahan terhadap arus kas selama satu periode akuntasi.”
Menurut
Weston dan Copeland (1999:17), laporan keuangan atau financial statement
(biasanya dalam bentuk neraca dan perhitungan rugi-laba) berisi informasi
tentang prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk
penepatan kebijakan dimasa yang akan datang.
Menurut
Husnan dan Pudjiastiti (1996:65-66):
“Laporan
keuangan terdiri dari dua laporan utama yaitu: neraca dan laporan rugi laba.
Neraca menunjukan posisi kekayaan perusahaan, kewajiban keuangan dan modal
perusahaan sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba yang diperoleh dalam
perusahaan dalam periode waktu tertentu.”
Menurut
Jusup (2005:3):
“Laporan
Keuangan tidak dapat dipisahkan dari proses akuntansi yaitu : seni daripada
pencatatan, penggolongan dan peringkasan peristiwa,peristiwa dan
kejadian-kejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara
setepat-tepatnya dan dengan petunjuk atau dinyatakan dalam uang serta
penafsiran terhadap hal-hal yang timbul daripadanya.”
Analisa atas laporan keuangan pada
hakekatnya adalah untuk mengadakan penilaian atas keadaan keuangan atau posisi
keuangan perusahaan pada suatu saat dan perubahan posisi keuangan atau kemajuan-kemajuan
suatu perusahaan melalui laporan keuangan yang bersangkutan.
2.
Tujuan
Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan
bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak
intern maupun pihak ekstern yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan.
Kasmir (2008:10-11), tujuan pembuatan
atau penyusunan laporan keuangan yaitu:
1. Memberikan
informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada
saat ini;
2. Memberikan
informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan
pada saat ini;
3. Memberikan
informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode
tertentu;
4. Memberikan
informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan
dalam suatu periode tertentu;
5. Memberikan
informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aktiva, pasiva, dan
modal perusahaan;
6. Memberikan
informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode;
7. Memberikan
informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan;
8. Informasi
keuangan lainnya.
Standar Akuntansi Keuangan
(2004:4), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
3.
Bentuk
Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh
perusahaan terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari maksud dan tujuan
pembuatan laporan keuangan tersebut. Masing-masing laporan keuangan memiliki
arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan, baik secara bagian,
maupun secara keseluruhan.
Prastowo dan Juliaty (2002 : 16) ada dua
bentuk laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh perusahaan, yaitu :
1. Neraca
Neraca
adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan
(aktiva, kewajiban dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
2. Laporan
Laba/Rugi
Laporan
laba/rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan
(potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.
Kasmir (2008:28-30) dalam
praktiknya, secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan yang bisa
disusun, yaitu:
1. Neraca
Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang
menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi
keuangan dimaksudkan adalah posisi jumlah dan jenis aktiva (harta) dan pasiva
(kewajiban dan ekuitas) suatu perusahaan.
2. Laporan
labarugi
Laporan
labarugi (income statement) merupakan
laporan keuangan yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode
tertentu.
3. Laporan
perubahan modal
Laporan
perubahan modal merupakan laporan yang berisi jumlah dan jenis modal yang
dimiliki pada saat ini. Laporan ini jarang dibuat bila tidak terjadi perubahan
modal.
4. Laporan
arus kas
Laporan
arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan
kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap kas.
5. Laporan
catatan atas laporan keuanagan
Laporan
catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan informasi
apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.
4.
Sifat
Laporan Keuangan
Menurut
Kasmir (2008:11-12) dalam penyusunan laporan keuangan didasarkan kepada sifat
laporan keuangan itu sendiri. Dalam praktiknya sifat laporan keuangan dibuat
bersifat historis dan menyeluruh. Bersifat historis artinya bahwa laporan
keuangan dibuat dan disusun dari masa lalu atau masa yang sudah lewat dari masa
sekarang. Kemudian, bersifat menyeluruh maksudnya laporan keuangan dibuat
selengkap mungkin. Artinya laporan keuangan disusun sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Menurut
Munawir (2002:6) laporan keuangan itu terdiri dari data-data yang merupakan hasil
kombinasi antara:
1. Fakta
yang telah dicatat (recorded fact)
Laporan
yang dibuat berdasarkan kenyataan yang sebenarnya atau fakta dari catatan
akuntansi, misalnya: jumlah kas, jumlah persediaan, jumlah piutang, jumlah
utang maupun aktiva tetap perusahaan.
2. Prinsip
dan kebiasaan dalam akuntansi (accounting
convention and postulate)
Data yang dicatat dalam laporan keuangan
didasarkan kepada prosedur atau anggapan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
akuntansi.
3. Pendapatan pribadi (personal judgment)
Pencatatan akuntansi dalam laporan keuangan
tergantung dari kemampuan para pembuatnya yang kemudian dikombinasikan dengan
fakta serta dalil-dalil akuntansi yang disetujui.
5.
Keterbatasan
Laporan Keuangan
Penyusunan laporan keuangan tidak
terlepas dari pendapat pribadi, baik oleh manajemen maupun akuntan. Dasar
penyusunan dengan standar nilai yang berbeda-beda akan menyebabkan nilainya akan
berbeda pula.
Kasmir (2008:16) beberapa keterbatasan
laporan keuangan yang dimiliki perusahaan menurut:
1.
Pembuatan laporan keuangan disusun
berdasarkan historis, dimana data-data yang diambil dari data masa lalu.
2.
Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk
semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja.
3.
Proses penyusunan tidak terlepas dari
taksiran dan pertimbangan tertentu.
4.
Laporan keuangan bersifat konservatif
dalam menghadapi situasi ketidakpastian.
5.
Laporan keuangan selalu berpegang teguh
kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa yang terjadi bukan
kepada sifat formalnya.
6.
Pengertian
Analisis Rasio Keuangan
Dalam kehidupan sehari-hari kita
sering melakukan penilaian terhadap sesuatu dengan menggunakan berbagai metode
dan standarisasi. Begitu juga untuk penilaian suatu perusahaan, kita dapat
melakukan penilaian dengan berbagai metode, salah satu metode yang dikenal
adalah analisis rasio.
Menurut Van Horne (2005:133) rasio keuangan
merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Dari rasio keuangan ini akan terlihat kondisi
kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
Harahap (2007 : 297) rasio keuangan adalah angka
yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan
pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).
Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan
antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat
menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan
rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.
Sugiono (2009 : 64) yang dimaksud dengan analisis
rasio adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antar unsur-unsur dalam
laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang
sederhana.
Umumnya rasio yang dikenal dan
populer adalah : rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas. Namun sebenarnya
banyak lagi rasio yang dapat dihitung dari laporan keuangan yang dapat
memberikan informasi bagi analis, misalnya rasio leverage, produktivitas, rasio
pasar modal, rasio pertumbuhan, dan sebagainya.
Menurut J. Fred Weston dalam buku Kasmir
(2008:106-107), bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut:
1.
Rasio likuiditas (liquidity ratio)
-
Rasio lancer (current ratio)
-
Rasio sangat lancer (quick ratio atau acid test ratio)
2.
Rasio solvabilitas (laverage ratio)
-
Total utang dibandingkan dengan total
aktiva atau rasio utang (debt ratio)
-
Jumlah kali perolehan bunga (times interest earned)
-
Lingkup biaya tetap ( fixed charge coverage)
-
Lingkup arus kas (cash flow coverage)
3.
Rasio Aktivity (activity ratio)
-
Perputaran sediaan ( inventory turn over)
-
Rata–rata jangka waktu
penagihan/perputaran piutang (average
collection period)
-
Perputaran aktiva tetap (fixed assets turn over)
-
Perputaran total aktiva (total assets turn over)
4.
Rasio profitabilitas (profitability ratio)
-
Margin laba penjualan (profit margin on sales)
-
Daya laba dasar ( basic earning power)
-
Hasil pengembalian total aktiva (return on total assets)
-
Hasil pengembalian ekuitas (return on total equity)
5.
Rasio pertumbuhan (growth ratio)
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi
ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
-
Pertumbuhan
-
Pertumbuhan laba bersih
-
Pertumbuhan pendapat persaham
-
Pertumbuhan divided persaham
6.
Rasio penilaian (valuation ratio), yaitu
rasio yang memberikan ukuran kemampuan manejemen dalam menciptakan nilai pasar
usahanya diatas biaya investasi.
-
Rasio bunga saham terhadap pendapatan
-
Rasio nilai pasar saham terhadap nilai
buku
Menurut
James C. Van Horne dalam buku Kasmir (2008: 107-108), jenis rasio dibagi
menjadi sebagai berikut:
1.
Rasio likuiditas (liquidity ratio)
-
Rasio lancar (current ratio)
-
Rasio sangat lancar (quick ratio atau acid test ratio)
2.
Rasio pengungkit (laverage ratio)
-
Total utang terhadap ekuitas
-
Total utang terhadap total aktiva
3.
Rasio pencakupan (coverage ratio)
-
Bunga penutup
4.
Rasio aktivitas (activity ratio)
-
Perputaran piutang (receivable turn over)
-
Rata-rata penagihan piutang (average collection period)
-
Perputaran sediaan (inventory turn over)
-
Perputaran total aktiva (total assets turn over)
-
5.
Rasio profitabilitas (profitability ratio)
-
Margin laba bersih
-
Pengembalian investasi
-
Pengembalian ekuitas
J. Fred Weston dalam buku Sugiono (2009
: 67 - 68), rasio-rasio keuangan dikelompokkan sebagai berikut :
1)
Rasio Likuiditas, bertujuan mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
2)
Rasio
Leverage, bertujuan mengukur seberapa jauh kebutuhan keuangan perusahaan
dibiayai dengan dana pinjaman.
3)
Rasio Aktivitas, bertujuan mengukur
efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana.
4)
Rasio Profitabilitas, bertujuan mengukur
efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui
kegiatan penjualan.
5)
Rasio Pertumbuhan, bertujuan mengukur
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan
perekonomian dan dalam industri.
6)
Rasio Penilaian, bertujuan mengukur
kinerja perusahaan secara keseluruhan karena rasio ini merupakan pencerminan
dari rasio risiko dan rasio imbalan hasil.
7.
Rasio
Likuiditas
Menurut Fred Weston dalam bukunya Kasmir (2008:110) rasio likuiditas
menyangkut likuiditas perusahaan apakah perusahaan mampu memenuhi kewajiban
financial jangka pendek karena rasio likuiditas akan menentukan apakah sebuah
perusahaan likuid atau tidak. Rasio likuiditas terdiri
dari :
a.
Current Ratio
Menurut
Husnan (1998:562) current
ratio mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk
memenuhi kewajiban lancarnya, rasio ini merupakan hasil perbandingan antara
aktiva lancar dengan kewajiban (utang) lancar.
Menurut
Weston dan Copeland (1999:226):
”Aktiva
lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang, wesel bayar jangka
panjang, hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun,
pajak penghasilan yang terhutang dan beban-beban lain yang terhutang (terutama
gaji dan upah)”
b.
Cash Ratio
Menurut
Sartono (1997:121), kas ditambah dengan efek-efek merupakan alat likuid yang
paling diprcaya. Bertambah tinggi cash ratio berarti jumlah uang tunai yang
tersedia semakin besar, sehingga pelunasan hutang pada saat itu tidak akan
mengalami kesulitan, tetapi bila terlalu tinggi akan mengurangi potensi untuk
mempertinggi rate of return.
c.
Quick Ratio
Menurut
Sawir (2005:10), persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya
rendah, sering menggalami fluktuasi harga, dan unsur aktiva lancar ini sering
menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
8.
Rasio
Leverage
Sudarmo dan Basa (1995:227),
membagi analisis laverage menjadi dua bagian, yaitu:
1.
Operating Laverage yaitu keadaan yang
terjadi pada saat perusahaan memiliki biaya yang harus ditanggung pada unit
yang dihasilkan.
2.
Financial Laverage yaitu penggunaan dana
dengan beban tetap dengan harapan untuk menambah atau memperbesar pendapatan
per lembar saham biasa.
Menurut Weston dan Brigham
(1999:299), tingkat penggunaan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan
disebut laverage keuangan, menyiratkan tiga hal penting, yaitu :
1.
Dengan menaikan dana melalui utang,
pemilik dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang
terbatas.
2.
Kreditur mensyaratkan adanya ekuitas
atau dana yang disediakan oleh pemilik (owner supplied fund) sebagai marjin pengaman;
jika pemilik dana hanya menyediakan sebagian sebagian kecil dari pembiayaan
total, resiko perusahaan dipikul terutama oleh krediturnya.
3.
Jika perusahaan memperoleh tingkat laba
yang lebih tinggi atas dana pinjamannya, dari
pada tingkat bunga yang dibayarkan atas dana tersebut, maka pengendalian
atas modal pemilik diperbesar.
Menurut Weston dan Brigham (1999:117),
rasio ini mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan
dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan. Rasio laverage antara lain :
a.
Debt Ratio
Menurut
Fakhrudin dan Hadianto (2001:61), rasio ini digunakan untuk mengukur sejumlah
aktiva perusahaan yang dibiayai utang atau modal yang berasal dari kreditur.
Rasio ini merupakan hasil perbandingan antara total utang dan total aktiva.
Dimana semakin besar rasio ini, maka semakin besar pula resiko yang dihadapi
oleh perusahaan.
b.
Debt To Equity Ratio
Rasio
ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai oleh pihak kreditur. Makin
tinggi rasio ini berarti, semakin besar dana yang diambil dari luar. Rasio ini
merupakan perbandingan antara total utang dengan modal sendiri.
9.
Rasio
aktivitas
Menurut Fakhrudin dan Hadianto (2001:62-64) rasio
ini biasanya disebut sebagai ”hasil pengembalian atas total aktiva”, rasio ini
mencoba mengukur aktivitas pemakaian total sumber daya oleh perusahaan.
Analisis keuangan berkepentingan dengan rasio ini yaitu, mengetahui seberapa
besar efisiensi investasi pada beberapa aktiva. Artinya sejauh mana sumber daya
organisasi telah dimanfaatkan secara optimal.
Menurut Riyanto (1995:254), rasio
aktivitas digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar efektifitas perusahaan
dalam mengerjakan sumberdananya.
Rasio manajemen aktiva dan
investasi sangat berguna untuk mengetahui seberapa efektif menggunakan sumber-sumber
dan sebagaimana yang telah digariskan perusahaan. Dapat menggunakan rasio
manajemen aktiva dan investasi suatu perusahaan dapat diukur dengan
menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok
perusahaan dengan kekayaan atau aset yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan tersebut (Overating Asset).
Rasio aktivitas menurut Kasmir (2008:175-187) antara
lain :
a.
Periode Pengumpulan
Piutang (Average Collection Periode).
Menunjukan
rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Biasanya
ditentukan dengan rasio-rasio penjualan harian. Terlalu tinnginya rasio ini
berarti kebijakan kredit terlalu liberal yang dapat menimbulkan bed debt dan
investasi dalam piutang menjadi terlalu rendah.
b.
Perputaran Piutang
(Receiveable Turnover).
Untuk
mengitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusaahn berputar dalam
setahun. Rasio ini merupakan hasil perbandingan antara penjualan dengan
piutang.
c.
Perputaran Persediaan
(Inventory Turnover).
Rasio
ini berguna untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam
persediaan-persediaan perusahaan berputar dalam setahun. Rasio merupakan hasil
perbandingan antara harga pokok penjualan dan rata-rata persediaan. Perputaran
persediaan yang semakin tinggi menjadi semakin efisien, namun perputaran yang
terlalu tinggi juga tidak terlalu baik. Inventory turn over yang terlalu tinggi
menunjukan perusahaan tidak menyimpan persediaan dalam jumlah yang berlebihan.
d.
Perputaran Aktiva Tetap
(Fixed Asset Turnover).
Rasio
ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti
gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor. Rasio ini merupakan hasil
perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap.
e.
Perputaran Total Aktiva
(Total Asset Turnover).
Rasio
ini merupakan hasil perbandingan antara penjualan dengan total aktiva. Rasio
ini menunjukan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan selutuh aktiva
untuk menciptakan penjualan dan pendapatan laba. Kalau perputarannya lambat,
ini menunjukan bahwa aktiva yang dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan
kemampuan untuk menjual.
10.
Rasio
profitabilitas
Menurut Kasmir (2008:196) profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, profitabilitas
digunakan untuk mengukur efisiensi kegunaan modal dalam suatu perusahaan dengan
membandingkan antara modal dan laba dalam operasi. Bagi perusahaan masalah
profitabilitas lebih penting dari masalah keuangan, karena keuntungan yang
besar tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut
telah bekerja dengan efisien. Rasio profitabilitas ada dua macam yaitu rasio
profitabilitas yang menunjukan keuntungan sehubungan dengan investasi dan rasio
profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan. Rasio profitabilitas menurut Kasmir antara lain :
a.
Gross Profit Margin
Rasio
ini dipengaruhi oleh penjualan dan biaya operasi. Rasio yang rendah bisa
disebabkan penjualan turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya
setiap perusahaan berkepentingan terhadap profit margin yang tinggi. Rasio ini menunjukan
perbandingan antara laba kotor dengan penjualan.
b.
Operating Profit Margin
Rasio
ini digunakan untuk mengukur tingkat laba operasi dibandingkan dengan volume
penjualan.
c.
Net Profit Margin
Rasio
ini digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan
volume penjualan.
d.
Return On Investment
(ROI)
Rasio
ini menunjukan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. Rasio merupakan hasil perbandingan antara laba bersih dengan total aktiva.
e.
Return On Equity (ROE)
Rasio
ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang
saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang
perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan
semakin besar. Rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal
sendiri.
11.
Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2008:72) analisis perbandingan laporan
keuangan dapat dilakukan dengan dua model, yaitu analisis horizontal atau
analisis dinamis dan analisis vertical atau statis. Dalam analisis horizontal
yang dibandingkan adalah laporan keuangan untuk beberapa periode, sedangkan
analisis vertical adalah jika kita hanya membandingkan satu pos dengan pos yang
lain dalam satu laporan keuangan dan hanya meliputi satu periode laporan
keuangan.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari analisis
horizontal jika dibandingkan dengan analisis vertical. Dalam analisis
horizontal, kita akan tahu terjadinya perubahan-perubahan terhadap komponen
laporan keuangan dari periode-periode lain. Misalnya kenaikan atau penurunan
komponen-komponen yang ada di laporan keuangan. Sementara, dalam analisis
statis hal tersebut tidak terlihat. Kemudian, laporan analisis horizontal akan
mempermudah kita untuk mengambil keputusan hal-hal apa saja yang perlu
dilakukan, sehubungan dengan apa yang terjadi.
Menurut Kasmir (2008:73) perubahan dalam laporan
keuangan neraca untuk suatu periode dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
misalnya:
1.
Adanya perolehan
aktiva baru
2.
Adanya
pengurangan aktiva seperti pelunasan utang piutang
3.
Berubahnya
bentuk aktiva dari tetap ke lancar
4.
Adanya perubahan
yang diakibatkan oleh laba-rugi perusahaan tergambar dari penghasilan yang
diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan
5.
Adanya
penambahan atau pengurangan modal
6.
Perubahan
lainnya.
Agar analisi perbandingan laporan keuangan dapat
dilakukan dengan baik, maka perlu dibuatkan kolom-kolom terlebih dulu.
Tujuannya adalah agar lebih mudah untuk melihat dan membandingkan satu sama lainnya.
Bentuk kolom-kolom dalam analisis perbandingan secara horizontal dapat
dilakukan dengan berbagai cara.