Sabtu, 16 Juni 2012

1001 Jalan Kesembuhan


Banyak cara mengobati penyakit untuk menuju kesembuhan. Allah pun telah menjamin bahwa setiap penyakit ada obatnya. Ini bisa menjadi gambaran dan motivasi untuk mengobati sakit, baik ringan atau berat. Jadi Allah memotivasi kita untuk tak pernah menyerah dalam mencari kesembuhan. Yang harus diingat, setiap pengobatan yang kita usahakan harus dalam koridor syar'i.
Mengapa Berobat Alternatif?
Dewasa ini banyak orang memakai pengobatan alternatif ketimbang cara medis. Bahkan beberapa waktu lalu pengobatan alternatif ini sempat naik daun. Ada yang sampai terkagum-kagum dengan khasiatnya, karena saat baru pertama kali mencoba langsung merasa hasilnya. Namun di balik semua itu orang memilih untuk berobat alternatif karena memiliki beberapa alasan.
Diantaranya adalah:
  • Back to nature : kembali ke alam. Orang ingin kembali memakai sesuatu yang alami. Apalagi sebagian orang merasa jenuh dan bosan dengan mengkonsumsi bahan-bahan sintesis dan memakai bahan kimia berbahaya. Baik makanan/minuman ataupun obat.
  • Memperkecil efek samping. Oabat alternatif lebih kecil efek sampingnya dibanding obat kimia.
  • Biaya lebih murah ketimbang obat medis.
  • Mudah didapat atau bisa ditanam sendiri misalnya untuk jamu (kunyit, temu giring dan sejenisnya bisa ditanam sendiri). Bisa juga membeli siap saji.
Macam-macam Pengobatan alternatif
  • Jamu
Jamu dibuat dari tumbuhan rempah-rempah yang bisa didapat dengan mudah di sekitar rumah. Biasanya disajikan dengan cara dibuat minuman atau berwujud bubuk instant yang dihaluskan dan siap saji. Jamu olahan bisa berwujud cair atau kering. Jamu yang dikeringkan bisa awet dalam jangka waktu lama.
Obat tradisional ini juga bisa dihasilkan dari tanaman buah/bunga, baik itu digunakan untuk obat dalam/obat luar (luka/keseleo). Baik dikonsumsi langsung atau juga ditumbuk dibuat minuman. Untuk obat luar biasanya dengan cara dioleskan dan diurut. Ada juga obat yang didapat dari binatang.
  • Herba
Saat ini obat-obatan herba banyak diminati. Selain sebagai perpaduan dari thibbunnabawi dan obat tradisional Indonesia. Obat ini juga dilengkapi izin Depkes/LP.POM dan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Keampuhan telah banyak dibuktikan. Untuk lebih memudahkan mengkonsumsinya, obat herba ini dikemas dalam bentuk kapsul, bubuk instant ataupun cair.
Pembuatan dari obat herba ini juga dipisah-pisahkan berdasarkan jenis-jenis penyakit dan cara penggunaannya untuk memudahkan konsumen. Harrganya pun cukup terjangkau.
  • Madu
Madu adalah sari bunga yang dihasilkan oleh lebah. Madu dapat dimanfaatkan sebagai obat alami yang memiliki  berpuluh-puluh manfaat. Untuk pengobatan ataupun menjaga stamina. Madu bisa diminum langsung maupun diencerkan dengan air (seperti sirup) bisa juga dicampurkan dalam jamu atau makanan.
Selain untuk obat dalam, madu bisa juga digunakan sebagai obat luar serta menjaga kesehatan dan kekencangan kulit.
Selain jenis pengobatan di atas masih banyak lagi macam pengobatan tradisional lainnya, seperti menggunakan susu kuda liar, susu kambing, inyak zaitun, minyak kelapa (VCO) dan lain-lain.
  • Bekam
Bekam adalah suatu pengobatan yang telah ada pada masa Rasulullah. Saat ini bekam sangat popular dikalangan masyarakat Indonesia. Metode bekam tak ubahnya mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh yang dilakukan pada titik tertentu.
Bekam terdiri atas 2 macam, yaitu bekam kering dan bekam basah. Berbeda dengan bekam basah, pada bekam kering tidak dilakukan penyayatan dan mengeluarkan darah kotor.
Pada bekam basah, orang yang melakukan harus benar-benar mahir agar hasil yang dicapai maksimal, dan agar penyayatan tidak mengenai pembuluh darah/syaraf, serta setelah bekam luka kering, tidak membekas. Kadang sayatan diganti dengan menggunakan jarum khusus. Saat dilakukan bekam basah, tekanan darah harus dalam kondisi stabil. Perlu diingat, semua alat yang digunakan untuk bekam harus dalam keadaan bersih dan steril.
  • Tusuk Jarum
Tusuk jarum diperkirakan telah dikenal masyarakat Cina semenjak ratusan tahun silam. Tusuk jarum adalah suatu metode pengobatan dengan menginjeksi tubuh pada titik-titik syaraf tertentu. Tusuk jarum disebut juga akupuntur. Akupuntur kadang juga digabungkan dengan pengobatan medis.
  • Pijat Refleksi
Metode pengobatan ini juga dikenal luad di tengah masyarakat. Pijat refleksi biasanya memakai alat Bantu berupa tongkat kecil/kayu yang digunakan untuk memijat titik-titik syraf tertentu. Selain untuk mengendorkan syaraf juga untuk memperlancar peredaran darah.
Bagian titik-titik syaraf tertentu yang diperkirakan mengalami gangguan, jika dipijat atau ditekan dengan ujung jari atau kayu pijat akan terasa sakit. Namun jika tidak mengalami gangguan akan terasa biasa saja.
Pijat refleksi bisa dilakukan sendiri. Jika tak tahu mana titik-titik syaraf yang harus dipijat, di took-toko buku dapat kita jumpai dengan mudah. Buku petunjuk cara-cara pijat refleksi lengkap  beserta gambar titik-titik syaraf. Untuk mempermudah pemijatan. Misalnya jika sakit kepala kita bisa memijat bagian sela jari antara ibu jari dan telunjuk, dan seterusnya.
Yang Ini Bukan Pengobatan Alternatif!
Pengobatan alternative di atas hanyalah sebagian dari banyak jenis pengobatan. Namun tetaplah hati-hati memilihnya. Ada banyak jenis metode pengobatan ditawarkan dengan menjanjikan kesembuhan. Ada yang mengaku kyai dengan reputasi penyembuhan ini dan itu, memakai rajah atau menggunakan media binatang untuk memindahkan penyakit, terkadang pula membekali pasien dengan benda-benda yang katanya "sudah diisi" sebagai penolak bala penyakit dan kesembuhan. Na'udzubillah.
Sesungguhnya Allah meminta kita untuk berikhtiar dalam mencari kesembuhan tapi tidak dengan cara-cara yang menjatuhkan kita kedalam kesyirikan. Islam telah memberikan banyak pengobatan. Seperti thibbunnabawi dengan bekam, madu, minyak zaitun dan lain-lain. Sekali lagi, semoga kita tidak terjebak dalam pengobatan tak syar'I, misalnya dengan mendatangi dukun dan sejenisnya. Dan ingat pula untuk selalu menjaga diri baik lahir maupun batin. 
Sumber : Majalah Nikah Vol. 6, No. 11, Feb-Mar 2008, Hal. 5-7.
Diambil dari PUSTAKA AISYAH

Cara Menangkis Hipnotis



    Bagaimana Caranya Menghindari Penipuan Melalui Ilmu
    Gendam ? Berikut ini beberapa tips untuk menghindari
    kejahatan Hipnotis yang dilakukan melalui ilmu gendam :
 
    1. Jangan membiarkan pikiran kosong ketika berada di
    daerah umum. Pikiran kosong dapat mengakibatkan
    gerbang telepathic terbuka, sehingga pihak lain dapat
    dengan mudah menyampaikan pesan secara telepathic.
 
    2. Waspadalah jika tiba-tiba timbul rasa kantuk yang
    tidak wajar, ada kemungkinan bahwa seseorang yang
    bermaksud negatif sedang melakukan "telepathic
    forcing".
 
    3. Bagi mereka yang memiliki kebiasaan "latah",
    sebaiknya jangan bepergian ke tempat umum tanpa teman.
    Mereka yang mempunyai kebiasaan "latah" cenderung
    memiliki gerbang bawah sadar yang mudah dibuka paksa
    dengan bantuan kejutan (Shock Induction). Hal yang
    sama juga berlaku bagi mereka yang mudah terkejut.
 
    4. Jangan mudah panik jika tiba-tiba ada beberapa
    orang yang tidak dikenal mengerumuni anda untuk suatu
    alasan yang tidak jelas. Sekali lagi jangan mudah panik!
    Karena rasa panik akan mempermudah terbukanya gerbang
    bawah sadar anda!
 
    5. Jangan mudah panik jika tiba-tiba ada seseorang
    yang menepuk bahu anda! Usahakan agar pikiran dan
    panca indera anda tetap aktif ke seluruh lingkungan!
    Jangan terfokus pada ucapan-ucapan orang yang menepuk
    anda! Segera berpindahlah ke daerah yang lebih ramai!
 
    6. Jika secara tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas,
    dada anda terasa sesak, dan diikuti dengan perut agak
    mual, dan kepala sedikit pusing, waspadalah karena
    mungkin ada seseorang tengah mengerahkan energi
    gendam! Segera lakukan "grounding", yaitu meniatkan
    membuang seluruh energi negatif ke bumi (cukup
    visualisasi) .
 
    7. Jika terjadi hal-hal yang mencurigakan, segera
    sibukkan pikiran anda, agar tetap berada di frekwensi
    yang mengakibatkan efek Hipnotis tidak dapat bekerja!
    Antara lain dengan : berdoa dalam hati, menyanyi dalam
    hati, atau memikirkan hal-hal yang berat!
 
    8. Akhirnya, tanamkan terus menerus di dalam diri
    anda, bahwa Hipnotis tidak akan bekerja bagi mereka
    yang menolaknya! Hal ini juga berlaku untuk ilmu
    gendam!
 
    Catatan : Tips ini disampaikan oleh Ir. Yan Nurindra,
    seorang pakar Hypnotis yang sangat menguasai metode
    Western Hypnosis maupun Traditional Hypnosis

"Love your job, but never fall in love with your company"


Seorang CEO sebuah perusahaan IT dari India berbicara dalam sebuah sesi dengan para karyawan tentang filosofi ini. CEO tersebut termasuk dalam 50 orang paling berpengaruh dalam dunia bisnis di Asia (dirilis oleh majalah Asiaweek).

Inti ceritanya: "CINTAILAH PEKERJAANMU, TAPI JANGAN PERNAH JATUH CINTA KEPADA PERUSAHAANMU, KARENA KAMU TIDAK PERNAH TAHU KAPAN PERUSAHAANMU BERHENTI MENCINTAIMU" Narayana Murthy.

Bagi yang tertarik membaca pandangan dia secara mendalam, berikut kutipan kata-katanya:
Saya sering menjumpai orang-orang yang bekerja selama 12 jam sehari, 6 hari seminggu, atau lebih. Beberapa diantaranya melakukan hal tersebut karena diburu-buru oleh deadline, memenuhi target yang telah ditetapkan. Bagi mereka, waktu-waktu panjang yang penuh lembur hanyalah bersifat sewaktu-waktu saja. Ada pula yang menjalani jam-jam panjang dalam hari-hari mereka selama bertahun-tahun: entah karena orang-orang ini merasa telah mengabdikan diri sepenuhnya kepada pekerjaan, atau bisa juga disebut workaholic.
Apapun alasan yang orang buat untuk bekerja lembur, kondisi tersebut berpengaruh TIDAK BAIK kepada orang yang menjalani maupun
orang-orang sekitarnya. Berada dalam kantor selama berjam-jam dalam rentang waktu yang lama, bisa menimbulkan potensi yang cukup besar bagi yang menjalaninya untuk membuat kesalahan. Rekan-rekan saya yang saya kenal sering bekerja lembur, sering membuat
kesalahan karena faktor kelelahan. Membetulkan kesalahan-kesalahan ini tentu saja membutuhkan waktu dan tenaga tidak saja dari dirinya sendiri, melainkan orang lain yang secara langsung maupun tidak langsung bekerja bersamanya.

Masalah lain adalah orang-orang yang bekerja pada perusahaan yang menetapkan waktu kerja yang ketat seringkali bukanlah orang-orang yang secara pergaulan menyenangkan. Para karyawan dari perusahaan dengan tipe seperti ini sering mengeluh atau komplain mengenai orang lain (yang tidak bekerja sekeras mereka). Mereka menjadi mudah tersinggung, dan mudah marah. Orang-orang lain menjauhi mereka. Perilaku semacam ini secara organisasi tentunya merupakan masalah besar: hasil besar akan dicapai oleh sebuah organisasi apabila ada jalinan harmonis dalam kerja sama tim antar karyawannya, bukannya bekerja sendiri-sendiri dan saling menjauhi.

Sebagai seorang pimpinan, saya harus membantu orang lain untuk meninggalkan kantor tepat waktu. Langkah pertama dan terpenting adalah sayalah yang harus memberi contoh dan pulang ke rumah tepat waktu. Saya bekerja dengan seorang manajer yang menyindir orang-orang yang bekerja lembur terlalu lama. Ajakannya menjadi kehilangan makna ketika orang-orang menerima emailnya dan melihat jam email tersebut dikirim ternyata jam 2 pagi.
Untuk mengajak orang melakukan suatu hal, langkah terpenting adalah memberi contoh dengan melakukannya sendiri. Langkah kedua adalah mengajak orang untuk menjalani hidup yang seimbang. Sebagai contoh, berikut ini adalah langkah-langkah yang
menurut saya cukup membantu:
1. Bangun pagi, sarapan dengan menu yang baik, lalu berangkat bekerja..
2. Bekerjalah dengan keras dan pintar selama 8 atau 9 jam sehari..
3. Pulanglah ke rumah
4. Baca buku atau komik, menonton film yang lucu, kumpul-kumpul dengan rekan-rekan.
5. Makan yang sehat dan tidur yang cukup
Langkah-langkah ini disebut sebagai recreating. Mengerjakan langkah 1, 3, 4, dan 5 akan memungkinkan langkah 2 dilakukan secara efektif
dan seimbang.

Bekerja secara normal dan mempertahankan hidup yang seimbang adalah konsep yang sederhana. Langkah-langkah tersebut mungkin akan sulit dilakukan oleh sebagian orang karena orang tersebut akan menganggap perlunya perubahan mendasar yang bersifat personal pada dirinya.

Sebenarnya langkah-langkah ini memungkinkan untuk dilakukan oleh setiap orang, karena kita memiliki kekuatan untuk memilih apa yang
akan kita lakukan.


Suatu hari, seorang ahli "Manajemen Waktu" berbicara di depan sekelompok mahasiswa bisnis, dan ia memakai ilustrasi yang tidak akan
dengan mudah dilupakan para siswanya.

Dia mengeluarkan toples berukuran satu galon yang bermulut cukup lebar, dan meletakkannya diatas meja. Lalu ia juga mengeluarkan
sekira selusin batu berukuran segenggam tangan, dan meletakkan dengan hati-hati batu-batu itu kedalam toples. Ketika batu itu memenuhi
toples sampai ke ujung atas dan tidak ada batu lagi yang muat untuk masuk ke dalamnya, dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?"
Semua siswanya serentak menjawab, "Sudah." Kemudian dia berkata, "Benarkah?" Dia lalu meraih dari bawah meja sekeranjang kerikil. Lalu
dia memasukkan kerikil-kerikil itu ke dalam toples sambil sedikit mengguncang- guncangkannya, sehingga kerikil itu mendapat tempat
diantara celah-celah batu-batu itu. Lalu ia bertanya kepada siswanya sekali lagi, "Apakah toples ini sudah penuh?" Kali ini para siswanya
hanya tertegun, "Mungkin belum", salah satu dari siswanya menjawab. "Bagus!", jawabnya. Kembali dia meraih ke bawah meja dan mengeluarkan sekeranjang pasir. Dia mulai memasukkan pasir itu ke dalam toples, dan pasir itu dengan mudah langsung memenuhi ruang-ruang kosong diantara kerikil dan bebatuan.

Sekali lagi dia bertanya, "Apakah toples ini sudah penuh?" "Belum!" serentak para siswanya menjawab. Sekali lagi dia berkata, "Bagus!"
Lalu ia mengambil sebotol air dan mulai menyiramkan air ke dalam toples, sampai toples itu terisi penuh hingga ke ujung atas.
Lalu si ahli Manajemen Waktu ini memandang kepada para siswanya dan bertanya "Apakah maksud dari ilustrasi ini?" Seorang siswanya yang antusias langsung menjawab, "Maksudnya, betapapun penuhnya jadwalmu, jika kamu berusaha kamu masih dapat menyisipkan jadwal lain kedalamnya" "Bukan", jawab si ahli, "Bukan itu maksudnya. Sebenarnya ilustrasi ini mengajarkan kita bahwa: Kalau kamu tidak meletakkan batu besar itu sebagai yang pertama, kamu tidak akan pernah bisa memasukkannya ke dalam toples sama sekali. Apakah batu-batu besar dalam hidupmu? Mungkin anak-anakmu, suami/istrimu, orang-orang yang kamu sayangi, persahabatanmu, kesehatanmu, mimpi-mimpimu. Hal-hal yang kamu anggap paling berharga dalam hidupmu. Ingatlah untuk selalu meletakkan batu-batu besar tersebut sebagai yang pertama atau kamu tidak akan pernah punya waktu untuk memperhatikannya. Jika kamu mendahulukan hal-hal kecil (kerikil dan pasir) dalam waktumu maka kamu hanya memenuhi hidupmu dengan hal-hal kecil, kamu tidak akan punya waktu berharga yg kamu butuhkan untuk melakukan hal-hal besar dan penting (batu-batu besar) dalam hidup."
Sumber: mediamusliminfo

RESEP HIDUP BAHAGIA



Disusun oleh: Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar
Seandainya kita bertanya kepada orang-orang di sekeliling kita dari berbagai agama, bangsa, profesi dan status sosial tentang cita-cita mereka hidup di dunia ini tentu jawaban mereka sama "kami ingin bahagia". Bahagia adalah keinginan dan cita-cita semua orang. Orang mukmin ingin bahagia demikian juga orang kafir pun ingin bahagia. Orang yang berprofesi sebagai pencuri pun ingin bahagia dengan profesinya. Melalui kegiatan menjual diri, seorang pelacur pun ingin bahagia. Meskipun semua orang ingin bahagia, mayoritas manusia tidak mengetahui bahagia yang sebenarnya dan tidak mengetahui cara untuk meraihnya. Meskipun ada sebagian orang merasa gembira dan suka cita saat hidup di dunia akan tetapi kecemasan, kegalauan dan penyesalan itu merusak suka ria yang dirasakan. Sehingga sebagian orang selalu merasakan kekhawatiran mengenai masa depan mereka. Terlebih lagi ketakutan terhadap kematian.
Allah berfirman dalam surat Al Jumu'ah ayat 8:
"Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan." (QS. Al Jumu'ah: 8)
Banyak orang yang beranggapan bahwasanya orang-orang barat adalah orang-orang yang hebat. Mereka beranggapan bahwasanya orang-orang barat hidup penuh dengan kebahagiaan, ketenteraman dan ketenangan. Tetapi fakta berbicara lain, realita di lapangan menunjukkan bahwa secara umum orang-orang barat itu hidup penuh dengan penderitaan. Hal ini dikuatkan dengan berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh orang-orang barat sendiri tentang kasus pembunuhan, bunuh diri dan berbagai tindakan kejahatan yang lainnya, namun ada sekelompok manusia yang memahami hakikat kebahagiaan bahkan mereka sudah menempuh jalan untuk mencapainya. Merekalah orang-orang yang beriman kepada Allah. Mereka memandang kebahagiaan itu terdapat dalam sikap taat kepada Allah dan mendapat ridho-Nya, menjalankan perintah-perintahNya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
Boleh jadi di antara mereka yang tidak memiliki kebutuhan pokoknya setiap harinya, akan tetapi dia adalah seorang yang benar-benar bahagia dan bergembira bagaikan pemilik dunia dan segala isinya.
Allah berfirman,
"Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya iti dari apa yang mereka kumpulkan." (QS. Yunus: 58)
Jika mayoritas manusia kebingungan mengenai jalan yang harus ditempuh menuju bahagia maka hal ini tidak pernah dialami oleh seorang mukmin. Bagi seorang mukmin jalan kebahagiaan sudah terpampang jelas di hadapannya. Cita-cita agar mendapatkan kebahagiaan terbesar mendorongnya untuk menghadapi beragam kesulitan.
Terdapat berbagai keterangan dari wahyu Alloh sebagai kabar gembira bagi orang-orang yang beriman bahwasanya dirinya sudah berada di atas jalan yang benar dan tepat Allah berfirman:
"Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (QS. Al An'aam: 153)
Jika di antara kita yang bertanya bagaimanakah yang dirasakan bagi orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang celaka maka Allah sudah memberikan jawaban dengan firman-Nya:
"Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih), Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya." (QS. Hud: 106-108)
Jika di antara kita yang bertanya-tanya bagaimanakah cara untuk menjadi orang yang berbahagia, maka Alloh sudah memberikan jawabannya dengan firman-Nya,
ٌّ"Barang siapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (QS. Thoha: 123-124)
Dan juga dalam firman-Nya,
"Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)
Kebahagiaan seorang mukmin semakin bertambah ketika dia semakin dekat dengan Tuhannya, semakin ikhlas dan mengikuti petunjuk-Nya. Kebahagiaan seorang mukmin semakin berkurang jika hal-hal di atas makin berkurang dari dirinya.
Seorang mukmin sejati itu selalu merasakan ketenangan hati dan kenyamanan jiwa. Dia menyadari bahwasanya dia memiliki Tuhan yang mengatur segala sesuatu dengan kehendak-Nya.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sungguh menakjubkan keadaan orang-orang yang beriman. Sesungguhnya seluruh keadaan orang yang beriman hanya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya. Demikian itu tidak pernah terjadi kecuali untuk orang-orang yang beriman. Jika dia mendapatkan kesenangan maka dia akan bersyukur dan hal tersebut merupakan kebaikan untuknya. Namun jika dia merasakan kesusahan maka dia akan bersabar dan hal tersebut merupakan kebaikan untuk dirinya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Inilah yang merupakan puncak dari kebahagiaan. Kebahagiaan adalah suatu hal yang abstrak, tidak bisa dilihat dengan mata, tidak bisa diukur dengan angka-angka tertentu dan tidak bisa dibeli dengan rupiah maupun dolar. Kebahagiaan adalah sesuatu yang dirasakan oleh seorang manusia dalam dirinya. Hati yang tenang, dada yang lapang dan jiwa yang tidak dirundung malang, itulah kebahagiaan. Bahagia itu muncul dari dalam diri seseorang dan tidak bisa didatangkan dari luar.
Tanda Kebahagiaan
Imam Ibnu Al Qoyyim mengatakan bahwa tanda kebahagiaan itu ada 3 hal. 3 hal tersebut adalah bersyukur ketika mendapatkan nikmat, bersabar ketika mendapatkan cobaan dan bertaubat ketika melakukan kesalahan. Beliau mengatakan: sesungguhnya 3 hal ini merupakan tanda kebahagiaan seorang hamba dan tanda keberuntungannya di dunia dan di akhirat. Seorang hamba sama sekali tidak pernah bisa terlepas dari 3 hal tersebut:
1. Syukur ketika mendapatkan nikmat.  
Seorang manusia selalu berada dalam nikmat-nikmat Allah. Meskipun demikian, ternyata hanya orang berimanlah yang menyadari adanya nikmat-nikmat tersebut dan merasa bahagia dengannya. Karena hanya merekalah yang mensyukuri nikmat, mengakui adanya nikmat dan menyanjung Zat yang menganugerahkannya. Syukur dibangun di atas 5 prinsip pokok:
  1. Ketundukan orang yang bersyukur terhadap yang memberi nikmat.
  2. Rasa cinta terhadap yang memberi nikmat.
  3. Mengakui adanya nikmat yang diberikan.
  4. Memuji orang yang memberi nikmat karena nikmat yang dia berikan.
  5. Tidak menggunakan nikmat tersebut dalam hal-hal yang tidak disukai oleh yang memberi nikmat.
Siapa saja yang menjalankan lima prinsip di atas akan merasakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, jika lima prinsip di atas tidak dilaksanakan dengan sempurna maka akan menyebabkan kesengsaraan selamanya.
2. Sabar ketika mendapat cobaan.   
Dalam hidup ini di samping ada nikmat yang harus disyukuri, juga ada berbagai ujian dari Allah dan kita wajib bersabar ketika menghadapinya. Ada tiga rukun sabar yang harus dipenuhi supaya kita bisa disebut orang yang benar-benar bersabar.
  1. Menahan hati untuk tidak merasa marah terhadap ketentuan Allah.
  2. Menahan lisan untuk tidak mengadu kepada makhluk.
  3. Menahan anggota tubuh untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak di benarkan ketika terjadi musibah, seperti menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.
Inilah tiga rukun kesabaran, jika kita mampu melaksanakannya dengan benar maka cobaan akan berubah menjadi sebuah kenikmatan.
3. Bertaubat ketika melakukan kesalahan.  
Jika Allah menghendaki seorang hamba untuk mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan akhirat, maka Allah akan memberikan taufik kepada dirinya untuk bertaubat, merendahkan diri di hadapan-Nya dan mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai kebaikan yang mampu untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, ada seorang ulama salaf mengatakan: "Ada seorang yang berbuat maksiat tetapi malah menjadi sebab orang tersebut masuk surga. Ada juga orang yang berbuat kebaikan namun menjadi sebab masuk neraka." Banyak orang bertanya kepada beliau, bagaimana mungkin hal tersebut bisa terjadi?, lantas beliau menjelaskan: "Ada seorang yang berbuat dosa, lalu dosa tersebut selalu terbayang dalam benaknya. Dia selalu menangis, menyesal dan malu kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Hatinya selalu sedih karena memikirkan dosa-dosa tersebut. Dosa seperti inilah yang menyebabkan seseorang mendapatkan kebahagiaan dan keberuntungan. Dosa seperti itu lebih bermanfaat dari berbagai bentuk ketaatan, Karena dosa tersebut menimbulkan berbagai hal yang menjadi sebab kebahagiaan dan keberuntungan seorang hamba. Sebaliknya ada juga yang berbuat kebaikan, akan tetapi kebaikan ini selalu dia sebut-sebut di hadapan Allah. Orang tersebut akhirnya menjadi sombong dan mengagumi dirinya sendiri disebabkan kebaikan yang dia lakukan. Orang tersebut selalu mengatakan 'saya sudah berbuat demikian dan demikian'. Ternyata kebaikan yang dia kerjakan menyebabkan timbulnya 'ujub, sombong, membanggakan diri dan merendahkan orang lain. Hal-hal ini merupakan sebab kesengsaraan seorang hamba. Jika Allah masih menginginkan kebaikan orang tersebut, maka Allah akan memberikan cobaan kepada orang tersebut untuk menghilangkan kesombongan yang ada pada dirinya. Sebaliknya, jika Allah tidak menghendaki kebaikan pada orang tersebut, maka Allah biarkan orang tersebut terus menerus pada kesombongan dan 'ujub. Jika ini terjadi, maka kehancuran sudah berada di hadapan mata."
Al Hasan al-Bashri mengatakan, "Carilah kenikmatan dan kebahagiaan dalam tiga hal, dalam sholat, berzikir dan membaca Al Quran, jika kalian dapatkan maka itulah yang diinginkan, jika tidak kalian dapatkan dalam tiga hal itu maka sadarilah bahwa pintu kebahagiaan sudah tertutup bagimu."
Malik bin Dinar mengatakan, "Tidak ada kelezatan selezat mengingat Allah."
Ada ulama salaf yang mengatakan, "Pada malam hari orang-orang gemar sholat malam itu merasakan kelezatan yang lebih daripada kelezatan yang dirasakan oleh orang yang bergelimang dalam hal yang sia-sia. Seandainya bukan karena adanya waktu malam tentu aku tidak ingin hidup lebih lama di dunia ini."
Ulama' salaf yang lain mengatakan, "Aku berusaha memaksa diriku untuk bisa sholat malam selama setahun lamanya dan aku bisa melihat usahaku ini yaitu mudah bangun malam selama 20 tahun lamanya."
Ulama salaf yang lain mengatakan, "Sejak 40 tahun lamanya aku merasakan tidak ada yang mengganggu perasaanku melainkan berakhirnya waktu malam dengan terbitnya fajar."
Ibrahim bin Adham mengatakan, "Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui bagaimana kebahagiaan dan kenikmatan tentu mereka akan berusaha merebutnya dari kami dengan memukuli kami dengan pedang." Ada ulama salaf yang lain mengatakan, "Pada suatu waktu pernah terlintas dalam hatiku, sesungguhnya jika penghuni surga semisal yang kurasakan saat ini tentu mereka dalam kehidupan yang menyenangkan."
Imam Ibnul Qoyyim bercerita bahwa, "Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: 'Sesungguhnya dalam dunia ini ada surga. Barang siapa belum pernah memasukinya maka dia tidak akan memasuki surga diakhirat kelak.'" Wallahu a'laam.
(Diterjemahkan dengan bebas dari As Sa'adah, Haqiqatuha shuwaruha wa asbabu tah-shiliha, cet. Dar. Al Wathan)
(Makalah Studi Islam Intensif 2005)
***
Sumber: www.muslim.or.id

Inspirasi


 Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta janji. Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

"Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard", kata sang pria lembut. "Beliau hari ini sibuk," sahut sang Sekretaris cepat. "Kami akan menunggu," jawab sang Wanita. Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut Akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

"Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi," katanya pada sang Pimpinan Harvard. Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka. Dan ketika dia melihat dua orang yang Mengenakan baju pudar dan pakaian usang diluar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul.

Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut. Sang wanita berkata padanya, "Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini.

Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini. bolehkan?" tanyanya, dengan mata yang menjeritkan harap. Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh, wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut.

"Nyonya," katanya dengan kasar, "Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan." "Oh, bukan," Sang wanita menjelaskan dengan cepat, "Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard."

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, "Sebuah gedung?!

Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung ?! Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard." Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, "Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja ?" Suaminya mengangguk.

Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan. Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California, di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

Kita, seperti pimpinan Harvard itu, seringkali silau oleh baju, dan lalai. Padahal, baju hanya bungkus, apa yang disembunyikannya, kadang sangat tak ternilai. Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju, seringkali menipu.


SELF EMPOWERING



Strategi menggali potensi diri menghadapi persaingan dunia kerja
  • Potensi diri bisa digali dengan menjelajah dan bertamasya jauh kedalam diri.Makanan kita sendiri yang mampu menerbitkan jati diri kita.
  • Jangan menyandarkan diri pada kesan dan pendapat orang lain untuk menemukan jati diri kita.Meski tidak salah bila kita memperoleh umpan balikdari orang lain,terutama umpan balik yang positif.
  • Sukses dalam karier yaitu dapat menikmati pekerjaan kreatif,termotivasi,mempunyai intuisi yang tajam,pandai melihat peluang.Kualitas ini tidak bertumpu pada kecerdasan,tapi pada kebijakan(EQ lebih berperan daripada IQ).
  • Meningkatkan keterampilan
  • Meningkatkan kecakapan dimana termasuk didalamnya adalah kreativitas dan ketangguhan.
  • Optimisme yang dapat menghasilkan hal dan sikap positif.Semakin banyak hal positif dirasakan maka EQ akan tinggi yang memicu potensi diri.
  • Mengacu pada nilai dan keyakinan yaitu agama dan nilai-nilai positif yang berlaku dimasyarakat.

Permintaan umum dunia kerja terhadap tenaga kerja
  • Lulusan terbaik yaitu dengan menetapkan IP minimum
  • Kompeten dibidangnya(spesialis)
  • Berprilaku dan kepribadian baik(EQ & IQ)
  • Memiliki pengalaman kerja
  • Memiliki sertifikat internasional
  • Bersedia digaji sesuai kemampuan perusahaan

Memenuhi permintaan dunia kerja
  • Mulai merintis jenjang karier(carier path)
  • Melengkapi penguasaan teknologi sesuai bidangnya
  • Melatih dan memperdalam knowledge & skill pada bidang yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
  • Siap bekerja keras & disiplin
  • Selalu berkeinginan untuk belajar terlebih dahulu
  • Berani & kreatif mencari peluang baru yang belum ada
  • Tuntutan kerja unisex(tidak mengacu pada jenis kelamin tertentu)
  • Tidak memandang rendah suatu profesi,area kerja maupun komunitas tertentu.
  • Mampu memanfaatkan potensinya dengan baik.

Bursa dunia kerja
Jobs by category
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Marketing
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Sales
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Accountancy
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Administration
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Banking
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Customer service
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Engineering / software
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Research & development
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->General chemical
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Health care
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Information technology
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Logistic
<!--[if !supportLists]-->·         <!--[endif]-->Media

Dunia kerja
  • How can we win the competition in the globalization era? yaitu dengan self empowering secara terus-menerus dan professional is to be a competent in subject
  • Competency based human resources management system yaitu sebuah system yang memanage gabungan antara bagaimana mengobservasi tenaga-tenaga yang kompeten dan menempatkannya sesuai dengan keahlian, kemampuan, keterampilan dan kreativitas yang bisa menghasilkan competitive advantage bagi organisasi

How to increase professionalism
  • Competence dibidangnya
  • Semangat menjadi yang terbaik
  • Komitmen
  • Menyesuaikan perkataan dan perbuatan
  • Bisa menjaga sikap didalam maupun diluar perusahaan      
Sumber: Kuliah Pengembangan Diri

PROGRAM PENGEMBANGAN PRIBADI



Personal growth/pengembangan pribadi adalah proses mengorganisir atau memanage diri sendiri agar dapat mencapai tujuan positif atau dapat menggali potensi yang ada pada diri sendiri.

Terdapat beberapa daerah untuk pengembangan pribadi:

Ø  Daerah terbuka yaitu daerah dimana kita dapat mengetahui dan mengenali diri kita sendiri dan memiliki rasa ingin berbicara dengan lawan bicara yang juga sudah mengenal diri kita(saling interaksi).
Ø  Daerah tertutup yaitu daerah dimana kita tidak ingin memperkenalkan diri kita kepada orang lain,tetapi kita ingin mengetahui orang lain.
Ø  Daerah buta yaitu daerah dimana kita mengetahui siapa diri kita dan tidak mengetahui siapa lawan bicara kita.
Ø  Daerah gelap yaitu daerah dimana kita dan orang lain(lawan bicara) kita tidak mengenal satu sama lain karena tidak ingin berinteraksi.

Lima factor yang ada pada diri kita:

Ø  Fisik yaitu mengenali diri sendiri  dan mengetahui cara berpenampilan
Ø  Intelektual yaitu melalui pendidikan adalah sesuatu yang diketahui sebagai pengetahuan yang diperoleh.Intelegensi adalah kemampuan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik
Ø  Temperamen/emosi yaitu kemampuan anda dalam mempertahankan keseimbangan emosional.
Ø  Karakter adalah falsafah pribadi tentang kehidupan yang merupakan kode etik pribadi,termasuk konsep yang dapat terbentuk dalam kehidupan keluarga maupun lingkungan.
Ø  Sosial yaitu bagaimana kita bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain.Sikap yang dapat dilihat oleh orang lain,factor yang satu ini dapat dijalankan bersama dengan keempat factor lainnya.




Apa saja yang diperlukan dalam pergaulan:

Ø  Etika
Ø  Intropeksi diri
Ø  Saling memahami
Ø  Berjiwa besar
Ø  Saling mengisi

Dasar-dasar etika:

Ø  Sopan, ramah kepada siapa saja
Ø  Memberi perhatian kepaada orang lain
Ø  Menjaga perasaan orang lain
Ø  Selalu ingin membantu
Ø  Memiliki rasa toleransi
Ø  Dapat menguasai diri mengendalikan emosi dalam setiap situasi

Ruang lingkup etika:

Ø  Etika perjumpaan perkenalan yaitu melalui jarak jauh dan dekat
Ø  Etika perkenalan yaitu cara berkenalan,yang lebih muda diperkenalkan kepada yang lebih tua.
Ø  Etika pergaulan yaitu cara berjalan,naik dan turun tangga,bunyi sandal,naik lift,masuk ruangan,naik kendaraan dan memperbaiki make up.
Ø  Etika acara resmi yaitu pakaian,urutan tempat duduk.
Ø  Etika telepon yaitu memberi salam,suara tegas dan jelas
Ø  Etika dimeja makan yaitu peletakan tas, tata cara makan minum, jenis makanan dan selesai makan
Ø  Etika tat arias dan tata cara busana yaitu waktu (pagi, siang, malam), acara, material, model, warna, make-up, dan rambut

Sumber: Kuliah Pengembangan Diri

HOW TO SALE WELL?


HOW TO SALE WELL?
( Ditinjau Dari Segi Psikologis Konsumen )

How to be a good marketer?
1.      Individu harus mengetahui Product Knowledge ® Why?
2.      Individu harus menguasai perilaku konsumen ® Apa itu?
Perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi?

§  Orang yang bekerja dengan otot?
§  Orang yang bekerja dengan otak?
§  Orang yang bekerja dengan kaki?
§  Orang yang bekerja dengan tangan?
§  Orang yang bekerja dengan semua organ tubuh?

Kriteria pemasar yang baik
1.      Personal touch adalah mampu ‘membaca’ konsumen ( mengetahui karakteristik konsumen ). Tujuan agar pemasar dapat selaras dengan konsumen, sehingga dapat mempengaruhi konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.
2.      Jujur adalah dapat menjelaskan kelebihan dan kelemahan produk secara apa adanya.

Hasil survey perilaku konsumen 2004 oleh lacooca ( GM dari CRYSLER / perusahaan mobil nomer 3 di USA selama 7 tahun ) : 1 = 250 orang ( kejujuran ) ; 1 = 500 orang ( kebohongan ).

3.      Adviser ( pemberi nasehat ) adalah harus dapat berperilaku dari sudut pandang konsumen untuk dapat mengetahui apa yang konsumen mau / butuhkan.

Adviser yang baik adalah mampu mengkondisikan apa yang menjadi keinginan konsumen untuk memiliki sesuatu dengan kapasitas konsumen.

Faktor-faktor  yang mempengaruhi psikologi adalah :
1.      Motivasi
Motivasi sebagai tenaga dorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasa ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.

2.      Persepsi
Sebagai proses yang dilakkukan individu untuk memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli kedalam gambar yang berarti dan masuk akal.

3.      Sikap
Adalah perasaan dari konsumen (positif dan negative) dari suatu objek setelah dia mengevaluasi objek tersebut. semakin banyak objek yang dievaluasi akan semakin banyak sikap yang terbentuk.

4.      Kepribadian
Karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku mereka dalam melakukan pembelian.
Pengaruh dari keturunan, dan lingkungan sosial.

Pengertian dan faktor perilaku konsumen dalam mekanisme pasar dan penjualan :
§  Proses yang dilalui oleh seseorang / organisasi dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya.
§  Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah pembelian.
§  Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya membuang produk setelah digunakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen meliputi (peter & olson, 1999:7)
§  Budaya, contoh : bali (anyaman untuk sesajen)
§  Sosial, contoh : kelas mobil (status sosial)
§  Pribadi, contoh : gaya hidup artis
§  Psikologi

Mengapa perlu mekanisme psikologis dalam pasar dan penjualan:
§  Menurut psikologi, semakin banyak orang mengetahui sesuatu yang akan dipasarkan akna semakin meningkat rasa percaya diri
§  Contoh: mahasiswa  berhasil dalam MLM

SSumber: Kuliah Pengembangan Diri

Tata Cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank (Bank Performance Analysis)



12.1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia (Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, disempurnakan dengan SK Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum) yang meliputi faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor Permodalan
2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif
3. Faktor Manajemen, dengan penekanan pada manajemen umum dan manajemen risiko
4. Faktor Rentabilitas
5. Faktor Likuiditas
6. Pelaksanaan ketentuan lain yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank

Sejalan dengan semakin kompleksnya usaha dan tingkat risiko yang semakin tinggi, sebagai akibat kemajuan informasi dan teknologi sehingga bank perlu mengindentifikasi permasalahan yang akan/mungkin timbul dari operasional bank. Hasil akhir penilaian Tingkat Kesehatan Bank, bagi manajemen bank dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan kebijakan yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia digunakan sebagai sarana pengawasan terhadap pengelolaan bank oleh manajemen.

12.2. Tingkat Kesehatan Bank
Sejalan dengan perubahan kondisi perbankan, maka cara penilaian Tingkat Kesehatan Bank (TKB) juga terjadi penyempurnaan dari waktu kewaktu, hal ini disebabkan karena Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang mempunyai tugas di antaranya adalah mengatur dan mengawasi Bank agar aktivitas perbankan di Indonesia dapat berjalan secara sehat, dimana pada dasarnya Tingkat Kesehatan Bank dinilai dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu Bank, yang meliputi faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas.
Mengingat penibahan lingkungan operasional Bank yang sangat pesat, maka Bank Indo membuat ketentuan baru sebagai penyempurnaan atas SK Direksi Bank Indonesia No.30/2 KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 tentang Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indo No.30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan B Umum, melalui Peratutran Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 Apil 2004 ten Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank yang merupakan penyempurnaan dari system penila, sebelumnya, sehingga penilaian tingkat kesehatan bank meliputi faktor-faktor CAMEL+S terdiri atas:




1. C= Capital (Permodalan)

Dalam penilaiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang meliputi:
a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
b. Komposisi permodalan
c. Trend ke depan yaitu proyeksi KPMM
d. Perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan modal
e. Kemampuan Bank memelihara kebutuhan penambahan modal dari laba yang ditahan
f. Rencana permodalan Bank untuk mendukung pertumbuhan usaha
g. Akses kepada sumber pemodalan
h. Kinerja keuangan pemegang saham untuk meningkatkan permodalan

2. A = Asset Quality (Kualitas Aktiva Produktif)

Dalam penilaiannya menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang meliputi kom komponen sebagai berikut:
a. Perbandingan aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan total aktiva produktif
b. Perbandingan debitur inti di luar pihak terkait dengan total kredit
c. Perbandingan perkembangan aktiva produktif bermasalah/non performing asset dan aktiva produktif
d. Tingkat kecukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif
f. Sistem kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif
g. Dokumentasi aktiva produktif
h. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah

3. M = Management (Manajemen)

Dalam penilaiannya terdapat 3 faktor manajemen yang dinilai meliputi:
a. Manajemen Umum
b. Penerapan sistem manajemen risiko
c. Kepatuhan terhadap ketentuan (Bank Indonesia dan atau pihak lainnya)

4. E = Earnings (Rentabilitas)

Dalam penilaiannya digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif terhadap faktor-f rentabilitas yang meliputi:
a. Return on Assets (ROA)
b. Return on Equity (ROE)
c. Net Interest Margin (NIM)
d. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO)
e. Perkembangan laba operasional
f. Penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya
g. Prospek laba operasional

5. L= Liquidity (Likuiditas)

Dalam penilaiannya digunakan pendekatan kualitatifdan kuantitatifterhadap faktor-faktor likuiditas yang meliputi:
a.      Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan pasiva likuid kurang dari I bulan
b.      1-month maturity mismatch ratio
c.       Loan to Deposit Ratio (LDR)
d.      Proyeksi cash flow 3 bulan mendatang
e.      Ketergantungan pada dana antar bank dan deposan inti
f.        Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and liabilities management atau ALMA)
g.      Kemampuan bank untuk masuk ke pasar uang, pasar modal atau mendapatkan sumber­sumber pendanaan lainnya
h.      Stabilitas dana pihak ketiga (DPK)

6. S = Sensitivity to Market Risk (Sensitivitas terhadap risiko pasar)

Dalam penilaiannya digunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif faktor sensitivitas terhadap risiko pasar melalui penilaian komponen-komponen yang meliputi:
a.   Modal atau Cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss karena adanya fluktuasi suku bunga
b.   Modal atau Cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi nilai tukar (kurs) dibandingkan dengan potential loss karena terjadinya fluktuasi nilai tukar
c.    Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar

12.3. KOMPONEN MASING-MASING FAKTOR

1. Faktor Permodalan
Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sekurang-kurangnya 8%. Minimum Capital Adequacy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi, dengan tetap mengacu pada standar internasional, yaitu Banking for Internasional Settlement (BIS) yang berpusat di Geneva.
Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor utama yaitu besamya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).
Penilaian terhadap Faktor Permodalan didasarkan pada Rasio Modal terhadap ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko)

Penilaian terhadap Pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) Bank:
a.      Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi Predikat "Sehat"dengan Nilai Kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8%, maka Nilai Kredit ditambah hingga maksimum 100
b.      Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat "Kurang Sehat" dengan Nilai Kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan Minimum 0

Yang perlu diketahui di sini adalah bahwa pemenuhan KPMM sebesar 8% pada waktunya akan ditingkatkan/dissuaikan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia



2. Faktor Kualitas Aktiva Produktif
Adalah Penilaian terhadap faktor Kualitas Aktiva Produktif (KAP) didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:
  1. Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif
  2. Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Dibentuk (PPAPYD) oleh Bank terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD) oleh Bank

Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif (AP) sebesar 15,5% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,5%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100

Rasio PPAPYD terhadap PPAPWD sebesar 0% diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 1% mulai dari 0,maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100

Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) adalah Aktiva Produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:
  1. 25% dari kredit yang digolongkan dalam Perhatian Khusus (Special Mention)
  2. 50% dari kredit yang digolongkan Kurang Lancar (Substandard)
  3. 75% dari kredit yang digolongkan Diragukan (Doubtful)
  4. 100% dari kredit yang digolongkan Macet (Loss) yang masih tercatat dalam pembukuan Bank dan surat berharga yang digolongkan macet

3. Faktor Manajemen
Faktor manajemen meliputi penilaian terhadap faktor manajemen yang mencakup 2 (dua) komponen yaitu Manajemen Umum dan Manajemen Risiko, dengan menggunakan daftar pertanyaan/pernyataan, yang jumlahnya ditetapkan sebagai berikut:
  1. Bagi bank devisa sebanyak 100
  2. Bagi bank non devisa sebanyak 85

Setiap pertanyaan/pernyataan mempunyai nilai kredit sebagai berikut:
  1. Bagi Bank Devisa sebesar 0.25
  2. Bagi Bank Non Devisa sebesar 0,294

Skala penilaian untuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan antara 0 sampai dengan 4, dengan kriteria sebagai berikut:
  1. Nilai 0 mencerminkan kondisi yang lemah;
  2. Nilai 1, 2 dan 3 mencerminkan kondisi antara;
  3. Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik.

4. Faktor Rentabilitas
Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:
  1. Rasio Laba Sebelum Pajak (Earning Before Income Tax/EBIT) dalam 12 bulan terakhir terhadap Rata-rata Volume Usaha dalam periode yang sama
  2. Rasio Biaya Operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap Pendapatan Operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya Operasional dibanding dengan Pendapatan Operasional.

Jika butir a di atas sebesar 0% atau negatif diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
Jika butir b sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

5. Faktor Likuiditas
Komponen faktor likuiditas meliputi Kewajiban Bersih Antar Bank, yaitu selisih antara kewajiban bank dengan tagihan kepada bank lain dan Modal Inti Bank.
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu:
a. Rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti
b. Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank

Yang dimaksud dengan Kewajiban Bersih Antar Bank adalah selisih antara Kewajiban bank dengan Tagihan kepada Bank Lain.

Dana Yang Diterima Bank:
Yang dimaksudkan dengan dana yang diterima bank dalam faktor likuiditas untuk penilaian tingkat kesehatan bank di sini adalah meliputi:
  1. Kredit Likuditas Bank Indonesia (KLBI)
  2. Giro, Deposito dan Tabungan Masyarakat
  3. Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan dan tidak termasuk pinjaman subordinasi
  4. Deposito dan Pinjaman dari Bank Lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan
  5. Surat Berharga yang diterbitkan oleh Bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan
  6. Modal Inti
  7. Modal Pinjaman

Apabila rasio Kewajiban Bersih Antar Bank terhadap Modal Inti sebesar 100% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.
Sedangkan untuk Rasio Kredit terhadap Dana Yang Diterima oleh Bank (b di atas) sebesar 115% atau lebih diberi nilai kredit 0 dan untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115%, maka nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum 100.

6. Pelaksanaan Ketentuan Lain

Dalam menilai tingkat kesehatan suatu Bank, selain faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas, pelaksanaan terhadap ketentuan lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia juga akan berpengaruh pada hasil penilaian tingkat kesehatan bank, yang meliputi:
  1. Pelanggaran terhadap ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)
  2. Pelanggaran terhadap ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN)

Jika terjadi pelanggaran terhadap BMPK, maka akan dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran BMPK kepada debitur individual, debitur kelompok (group) dan pihak terkait dengan Bank, terhadap Modal Bank.


Pelanggaran tersebut mengurangi nilai kredit hasil penilaian tingkat kesehatan bank dengan perhitungan sebagai berikut:
  1. Untuk setiap pelanggaran BMPK, nilai kredit dikurangi 5
  2. Untuk setiap 1% pelanggaran BMPK, maka nilai kredit dikurangi lagi dengan 0,05 dengan maksimum 10

Pelanggaran terhadap ketentuan Posisi Devisa Neto (PDN)

Jika bank melakukan pelanggaran terhadap ketentuan besarnya PDN yang dapat dikelola, maka akan dikenakan nerhitungan sebagai berikut:
a. Dihitung atas dasar jumlah kumulatif pelanggaran yang terjadi dalam 1 (satu) bulan yang dihitung atas dasar laporan mingguan yang memuat rata-rata hart dalam seminggu, baik secara total maupun secara administratif
b. Pelanggaran tersebut mengurangi nilai kredit hasil penilaian tingkat kesehatan dengan perhitungan untuk setiap 1% pelanggaran PDN, maka nilai kredit dikurangi 0,05 dengan maksimum 5 v/

12.4. PEMBOBOTAN FAKTOR DAN KOMPONEN

Setiap faktor terdiri atas beberapa komponen. Faktor dan komponen akan diberikan bobot masing­masing sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap tingkat kesehatan bank.
Penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit (reward system) yang dinyatakan dalam nilai kredit mulai dart 0 sampai dengan 100.
Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit dapat dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan lain yang berhubungan dengan penilaian tingkat kesehatan bank, yang sanksinya dikaitkan dengan hasil akhir tentang penilaian tingkat kesehatan bank.
Faktor-faktor Yang Dinilai dan Bobotnya

Faktor Yang Dinilai
Komponen
Bobot
1. Permodalan
Rasio Modal Terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
25%



2. Kualitas Aktiva Produktif


A.      Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD) Terhadap Aktiva Produktif (AP)
B.      Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Dibentuk Oleh Bank (PPAPYD) Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk (PPAPWD)
30%
25%


5%



3. Manajemen

25%

A. Manajemen Umum
10%

B. Manajemen Risiko
15%



4. Rentabilitas

10%

A.      Rasio Laba Usaha Rata-rata Terhadap Volume Usaha
5%

B.      Rasio        Biaya   Operasional    Terhadap Pendapatan Operasional
5%





12.5. PIHAK-PIHAK YANG MEMBUTUHKAN TINGKAT KESEHATAN BANK

Tingkat kesehatan suatu bank menjadi salah satu tolok ukur kinerja keuangan Bank yang sangat penting dewasa ini, karena dari hasil penilaian ini akan dapat diketahui performance Pemilik dan profesionalisme Pengelola Bank tersebut.

Terdapat beberapa pihak yang sangat membtuhkan hasil penilaian tingkat kesehatan Bank yaitu:
1.                           Pengelola Bank
2.                           Masyarakat Pengguna Jasa Bank
3.                           Bank Indonesia (Selaku Pembina dan Pengawas Bank)
4.                           Counterparty Bank

1. Pengelola Bank

Yang dimaksud dengan Pengelola Bank di sini adalah Pemilik, Dewan Komisaris dan Dewan Direksi sangat berkepentingan terhadap penilaian tingkat kesehatan bank yang dikelolanya, berdasarkan hasil penilaian tersebut dapat diketahui letak kekurangan/kelemahan yang dihadapi bank, sehingga dapat diambil kebijakan yang dapat mempertahankan tingkat kesehatan bank yang telah dicapainya atau meningkatkan tingkat kesehatannya.

2. Masyarakat Pengguna Jasa Bank
Dalam kondisi perekonomian yang belum stabil, ditambah penegakan hukum yang belum dapat berjalan dan kondisi sosial politik yang mudah berubah maka Hasil Penilaian Tingkat kesehatan Bank dapat dijadikan acuan bagi para pemilik dana untuk menyimpan uangnya pada Bank yang memiliki kondisi "Sehat". Karena hal ini akan memberikan jaminan bahwa dalam waktu tertentu dana yang disimpan pada bank tersebut akan aman.

3. Bank Indonesia
Dalam rangka pengawasan dan pembinaan Bank, Bank Indonesia selaku Bank Sentral mempunyai kepentingan untuk selalu memantau dan melakukan pembinaan terhadap bank-bank yang memiliki kriteria penilaian di bawah "Sehat" agar menjadi sehat atau sebagai langkah awal Bank Indonesia untuk melakukan tindakan/ kebijakan kepada bank yang bersangkutan, agar masyarakat tidak dirugikan.

4. Counterparty Bank
Setiap bank pasti membutuhkan Bank lain sebagai counterpart dalam melakukan hubungan koresponden. Dengan adanya hubungan koresponden maka akan memudahkan bank tersebut untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Untuk dapat melakukan kegiatan transaksi pasar uang antarbank atau Interbank Money Market dan transaksi valuta asing atau foreign exchange trading, dibutuhkan adanya "Line" balk "Money Marked Line", "Forex Line" maupun "Credit Line". Sebelum bank koresponden memberikan "Line" tersebut, maka yang dijadikan dasar pemberiannya, dalam melakukan analisis, tingkat kesehatan bank merupakan salah satu alat yang dijadikan dasar pertimbangan dalam memutuskan pemberian "Line" tersebut. Sedangkan besar kecilnya "Line" akan ditentukan oleh besar kecilnya "Counterparty Bank" yang bersangkutan, yaitu meliputi Total Assets yang dimiliki, Sumber Dana Pihak Ketiga dan besarnya Modal Bank tersebut, ditambah besarnya laba yang dapat dihasilkan selama periode tertentu.

12.6. PREDIKAT TINGKAT KESEHATAN BANK

Sesuai ketentuan Bank Indonesia, kondisi tingkat kesehatan bank di Indonesia saat ini dikelompokkan menjadi 4 (empat) predikat, yaitu:
a. Sehat
b. Cukup Sehat
c. Kurang Sehat
d. Tidak Sehat

Predikat tingkat kesehatan bank yang "Sehat" atau "Cukup Sehat" atau "Kurang Sehat" akan diturunkan menjadi "tidak sehat" jika terdapat hal-hal sebagai berikut:
  1. Persesilihan intern yang diperkirakan akan menimbulkan kesulitan dalam bank yang bersangkutan;
  2. Campur tangan pihak-pihak di luar bank dalam kepengurusan (manajemen) Bank, termasuk didalamnya kerjasama yang tidak wajar yang mengakibatkan salah satu atau beberapa kantornya berdiri sendiri;
  3. "Window dressing" dalam pembukuan dan atau laporan Bank yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap keadaan keuangan bank sehingga mengakibatkan penilaian yang keliru terhadap bank;
  4. Praktik "bank dalam bank" atau melakukan usaha bank di luar pembukuan bank;
  5. Kesulitan keuangan yang mengakibatkan penghentian sementara atau pengunduran dirt dari keikutsertaan dalam kliring atau
  6. Praktik perbankan lain yang dapat membahayakan kelangsungan usaha bank dan/atau menurunkan kesehatan bank.

Dengan dimasukkannya unsur-unsur di atas, dalam menentukan tingkat kesehatan bank ini berarti sudah dianut asas "prudential banking", sehingga perbankan Indonesia akan lebih mempunyai pola pengembangan usaha yang lebih profesional, di mana pada periode sebelumnya unsur-unsur tersebut belum dimasukkan dalam menentukan tingkat kesehatan suatu bank.

12.7. HASIL PENILAIAN

Berdasarkan nilai kredit dari faktor-faktor yang dinilai yaitu faktor permodalan, faktor kulaitas aktiva produktif, faktor manajemen, faktor rentabilitas dan faktor likuiditas serta diperhitungan sebagai faktor pengurang atas pelanggaran terhadap ketentuan lain yaitu pelanggaran terhadap Batas Maksimumimal Pemberian Kredit (BMPK) dan Posisi Devisa Neto (PDN), maka diperoleh hasil pen ilaian tingkat kesehatan bank.

Hasil penilian ditetopkan dalam 4 (empat) golongan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu:
  1. Nilai kredit 81 sampai dengan 100 diberi predikat "Sehat"
  2. Nilai kredit 66 sampai dengan kurang dari 81 diberi predikat "Cukup Sehat"
  3. Nilai kredit 51 sampai dengan kurang dari 66 diberi predikat "Kurang Sehat"
  4. Nilai kredit 0 sampai dengan kurang dari 51 diberi predikat "Tidak Sehat"

Berdasarkan uraian di atas, maka penilaian Tingkat Kesehatan Bank, dapat dilakukan kuantifikasin) a menjadi sebagai berikut:


Kuantifikasi Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Faktor yang dinilai
Komponen
Nilai terendah
Perubahan
Nilai tertinggi
Rasio
Nilai
Rasio
Nilai
Rasio
Nilai
1.Permodalan
Rasio modal terhadap ATMR
<0%
1
+0,1%
1
>10%
100
2.Kualitas Aktiva Produktif
A.   Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap aktiva produktif
>15,5%
0
-0,15%
+1
0,5%
100

B.   Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk
0%
0
+1%
+1,5
>67%
100
3. Manajemen
A.   Manajemen umum (40 aspek)
0
0
+1
+0,25
40
40

B.   Manajemen risiko (60 aspek)
0
0
+1
+0,25
60
60
4. Rentabilitas
A.   Rasio         laba terhadap rata2 volume usaha (ROA)
<0%
0
+0,015%
+1
>1,5%
100

B.   Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional
>100%
0
-0,08
+I
<92%
100
5. Likuditas
A.   Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva IanCAR
>100%
0
-1%
+1
0%
100

B.   Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank dalam idari& va
>115%
0
-1%
+4
<90%
100








6.Pelaksanaan ketentuan lain
A.Pelanggaran BMPK
>200%
-15
+1%
-0,05
0%
0

B. Pelanggaran PDN
>100%
-5
+1%
-0,05
0%
0


12.8. KUANTIFIKASI ATAS MASING-MASING FAKTOR YANG DINILAI

Untuk lebih mudah memahami dalam perhitungan atas masing-masing faktor dalam penilaian tingkat kesehatan bank dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Faktor Permodalan:

Penilaian didasarkan pada rasio kecukupan modal (CAR), yaitu: "Perbandingan antara jumlah modal terhadap total ATMR"

Modal = Modal Intl (Tier I) + Modal Pelengkap (Tier II)

ATMR = Total Aktiva Neraca dan Rekening Admnistratif setelah diperhitungkan bobot risiko atas masing-masing pos Penilaian

Untuk melakukan penilaian dilakukan dengan cara sebagai berikut:
·      Jika Rasio Modal 0% atau negatif dinilai 1
·      Untuk setiap kenaikan rasio 0,1% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum nilai 100

Nilai kredit = 1 + {ratio/0,1%)  x 1

2) Kualitas Aktiva Produktif

Penilaian meliputi 2 rasio:
A. Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan Terhadap Aktiva Produktif
Aktiva produktif yang diklasifikasikan diperhitungkan sebagai berikut:
•   25% dari kredit yang dalam perhatian khusus (special mentioned)
•   50% dari kredit kurang lancar (substandard)
•   75% dari kredit yang diragukan (doubtful)
·      100% dari kredit macet (loss) dan Surat berharga yang digolongkan macet

Penilaian
·         Jika rasionya 15,5% atau lebih dinilai 0
·         Untuk setiap penurunan 0,15% dari 15,5%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum
100

Nilai kredit = 1 + ((15,5% - rasio)/0,15%)  x 1

C.      Rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Yang Dibentuk Terhadap Penyisihan  Penghapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk

Penilaian
Dalam melakukan kuantifikasi atas penilaian rasio ini dapat dilakukan dengan cara se berikut:
•   Jika rasionya 0% dinilai 0
•   Untuk setiap kenaikan 1% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100
Nilai kredit = 1 + { rasio/1%    } x 1

3) Manajemen
Penilaian kualitatif atas 2 aspek manajemen yang terdiri atas pertanyaan/pernyataan 85 untuk bank non devisa dan 100 untuk bank devisa, dengan perincian sebagai berikut:
•   Manajemen umum 40 pemyataan/pertanyaan
•   Manajemen risiko 60 pernyataan/pertanyaan untuk bank devisa atau 45 pernya pertanyaan untuk bank non devisa

Penilaian
Diberikan  nilai 0,25 untuk setiap jawaban yang positif (jawaban "ya") bagi bank devisa 0,294 bagi bank non devisa
Nilai kredit = jumlah jawaban "ya" x 0,25 atau 0,294
Catatan:
Penilaian kualitatif atas aspek manajemen bagi Bank Syariah, masih menggunakan pola seperti  tersebut di atas, pada hal dalam praktiknya untuk Bank Syariah yang devisa terdapat 9 (sembilan). jenis transaksi yang tidak dapat dilakukan untuk saat ini, dengan demikian seharusnya untuk tidak "0,25" tetapi seharusnya adalah "0,274"
Cara memperoleh multiplier nilai masing-masing 0,25 bagi bank devisa; 0,294 bagi bank devisa dan 0,274 bagi Bank Syariah devisa adalah sebagai berikut:

Setiap pertanyaan/pemyataan diberikan per bobotan (range) nilai 0 — 4
0 = lemah, berarti I     dilaksanakan
1 = di antara, baru mulai dilakukan/dipenuhi (diperkirakan baru 25% dari yang seharusnya)
2 = di antara, sudah mulai dilakukan/dipenuhi (diperkirakan bare 50% dari yang seharusnya)
3 = di antara, sudah dilakukan/dipenuhi tel   belum memenuhi kriteria Bank Indonesia
(diperkirakan baru 75G/0 clan yang seharusnya)
4 = kuat, sudah dilakukan/ dipenuhi sesua. ketentuan Bank Indonesia
Karena setiap pertanyaan/pernyataan yang telah memenuhi ketentuan Bank Indonesia diberi nilai 4, maka perhitungan nilai (multiplier) s pengali dari hasil penjumlahan seluruh aspek dapat dihitung d‘mgan cara:

Bank Non Devisa
= I( 1 :
4)1 :
0,85
=
0,294
Bank Devisa
= {( 1 :
4)) :
0,100
=
0,25
Bank Syariah Devisa
= f( 1 :
4)1 :
0,91
=
0,274

Berdasarkan pemyataan/pertanyaan hasil pemeriksaan manajemen, dengan asumsi bahwa hampir seluruhnya dipenuhi oleh bank yang bersangkutan, maka dapat dibuat rekapitulasi untuk bank non devisa, bank syariah devisa dan bank devisa diperoleh data sebagai berikut:

Rekapitulasi Pemeriksaan Manajemen Bank Non Devisa, Bank Syariah Devisa, dan Bank Devisa

Aspek
Bank Non Devisa
Bank Syari’ah Devisa
Bank Devisa
Jumlah
Pertanyaan
Hasil
Penilaian
Jumlah
Pertanyaan
Hasil
Penilaian
Jumlah
Pertanyaan
Hasil
Penilaian
I. Manajemen Umum






A. Strategi/ Sasaran
5
20
5
20
5
20
A. Struktur
5
17
5
17
5
17
B. Sistem
9
30
9
30
10
34
C. SDM
5
17
5
17
5
17
D. Kepemimpinan
10
38
10
38
10
38
E. Budaya Kerja
5
19
5
19
9
19
Sub Total
39
141
39
141
40
145
II. Manajemen Risiko






A. Risiko Likuiditas
10
39
8
31
10
39
A. Risiko Pasar
3
12
5
16
7
23
B. Risiko Kredit
7
24
7
24
8
28
C. Risiko Operasional
16
50
22
78
25
90
D. Risiko Hukum
5
17
5
17
5
17
E. Risiko Pemilik dan Pengurus
5
20
5
20
5
20
Sub Total
46
142
52
186
60
217
Jumlah
85
283
91
327
100
362

Keterangan:
Penilaian diatas menggunakan asumsi di antaranya:

  1. Pada manajemen umum, kelompok A. Strategi/sasaran jumlah pertanyaan 5 (lima) dengan asumsi bahwa setiap pertanyaan/pernyataan telah dipenuhi oleh bank, maka hasil penilaiannya adalah 5 x 4 = 20

  1. Sedangkan pada kelompok B. Struktur jumlah pertanyaan 5 (lima) dengan asumsi bahwa 3 (tiga) pertanyaan telah dipenuhi oleh bank sehingga masing-masing mendapat nilai 4, 1 (satu) pertanyaan/pernyataan belum dipenuhi dan mendapat nilai 3 (tiga) dan 1 (satu) baru dilakukan sekitar 50% diberi nilai 2, maka hasil penilaiannya adalah (3 x 4) + ( 1 x 3) + ( 1 x 2) = 17

  1. Demikian pula untuk kelompok C. Sistem dengan jumlah pertanyaan/pernyataan 9 (sembilan). dengan menggunakan asumsi yang sama pada kelompok B. Struktur diatas mendapat hasil penilaian sebesar 30

  1. Kelompok D. SDM dengan 5 (lima) pertanyaan/pernyataan hasil penilaian berjumlah 17

  1. Kelompok E. Kepemimpinan jumlah pertanyaan/pernyataan 10 (sepuluh), hasil penilaian adalah 38

  1. Kelompok F. Budaya kerja jumlah pertanyaan/pernyataan 5 (lima), hasil penilaian adalah 19 Jadi sub total aspek manajemen umum mendapat nilai sebesar 141

Pada aspek Manajemen Risiko dengan menggunakan pola yang sama menghasilkan sub total hasil penilaian sebesar 142. Jadi total penilaian bank non devisa berdasarkan rekapitulasi diatas adalah sebesar 283.
Dengan cara dan asumsi yang sama dengan cara perhitungan hasil penilaian tersebut diatas dapat diterapkan untuk Bank Syariah Devisa dan Bank Devisa, sehingga masing-masing mendapat total nilai sebesar 327 dan 362

Berdasarkan hasil rekapitulasi diatas, maka dari sisi manajemen nilai tingkat kesehatan bank tersebut berada pada posisi:

1)      Bank Non Devisa mendapat total nilai 283, dengan demikian posisi kesehatan ada pada kelompok 283 x 0,294 = 83,20, termasuk kategori "Sehat"

2)      Bank Syariah Devisa mendapat total nilai 327 sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Bank Indonesia) adalah 327 x 0,25 = 81,75. tetapi, jika dihitung berdasarkan kenyataan secara riil. yaitu atas dasar asumsi bahwa untuk Bank Syariah Devisa hanya meliputi 91 pertanyaani pernyataan yang dilakukan maka nilainya menjadi 327 x 0,274 = 89,60, tergolong kategori "Sehat"

3)      Bank Devisa mendapat total nilai 362, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, maka nilainya adalah 362 x 0,25 = 90,50 tergolong kategori " Sehat ".

4) Rentabilitas, meliputi 2 rasio:

A. Rasio laba terhadap rata-rata volume usaha
Rasio laba sebelum Pajak selama 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume Usaha dalam periode yang sama (ROA)

Penilaian:
·         Jika rasionya 0% atau negatif dinilai 0
·         Untuk setiap kenaikan 0,015% dari 0%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum. Nilai 100

Nilai kredit  = (rasio/0,015%) x 1

B. Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Yaitu Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama (BOPO)


Penilaian:
•   Jika rasionya 100% atau lebih dinilai 0
Untuk setiap penurunan 0,08% dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum nilai 100

Nilai kredit =    {( 100% x rasio)/ 0,08%}x 1

5) Likuiditas

Meliputi 2 rasio:
A. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar dalam rupiah

Aktiva Lancar = Kas, Giro Pada Bank Indonesia, Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diendorse bank lain

Penilaian:
·         Jika rasionya 100% atau lebih dinilai 0
·         Untuk setiap penurunan 1% dari 100%, maka nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum nilai 100

Nilai kredit = 1 + {100% - rasio/1%} x I

B. Rasio kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima oleh bank dalam Rupiah dan Valuta Asing

Dana yang diterima bank (dalam Rupiah dan Valuta Asing), terdiri dari:
ü  Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI)
ü  Giro, Deposito dan Tabungan masyarakat
ü  Pinjaman bukan dari bank yang berjangka waktu > 3 bulan dan di luar pinjaman subordinasi Deposito dan pinjaman dari bank lain > 3 bulan
ü  Surat berharga yang diterbitkan oleh bank > 3 bulan
ü  Modal Inti (Tier I)
ü  Modal Pelengkap (Tier II)

Penilaian:
·         Jika rasionya 115% atau lebih dinilai 0
·         Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 100%, maka nilai kredit ditambah 4 dengan maksimum 100

Nilai kredit = 1+ {(115% - rasio)/1%} x 4

6) Pelaksanaan Ketentuan Khusus

a. Pelanggaran Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK)

Dihitung berdasarkan jumlah kumulatif pelanggaran BMPK kepada debitur individual, kelompok dan pihak terkait dengan bank terhadap modal bank.

Penilaian:
Untuk melakukan kuantifikasi atas pelanggaran tersebut diperhitungkan sebagai berikut:
•    Bila terjadi pelanggaran BMPK, nilai kredit dikurangi 5
•    Setiap 1% pelanggaran BMPK, maka nilai kredit dikurangi 0,05 dengan maksimum 10

Pengurangan = - 5 { % pelanggaran/1%} x 0,05

b. Pelanggaran Posisi Devisa Neto (PDN)
Dihitung atas dasar jumlah kumulatif pelanggaran yang terjadi dalam 1 bulan yang dihitung atas dasar laporan mingguan yang memuat rata-rata hart dalam seminggu, baik secara total maupun administratif

Penilaian:
Untuk setiap 1% pelanggaran PDN, maka nilai kredit dikurangi 0,05 dengan maksimum 5

Pengurangan = -{% pelanggaran/1%}x 0,05 1%

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Purna Ismail Design by: Yanmie at Permata Hatiku Blinking Hello Kitty Angel